Friday 24 October 2014

SECARIK KISAH SONGKET SAMBAS

Motif Kain Sambas
Kain sambas juga dikenal dengan sebutan kain lunggi atau benang emas. Disebut demikian karena kain ini dibuat dengan menggunakan benang yang berwarna kuning emas. Kain tenun sambas memiliki desain yang unik daripada kain tenun dari daerah lain. Terdapat perpaduan dari dua unsur yang berbeda, yaitu unsur china dan islam. Jika kita amanti dengan baik, unsur china lebih mendominasi pada motif mawar sedangkan unsur islam terlihat jelas pada motif geometriknya.

Fungsi Kain Sambas
Kain sambas sangat populer di kalangan masyarakat Kalimantan Barat. Biasanya kain ini sering dipakai di berbagai acara formal, seperti pernikahan, undangan dari raja, musyawarah dan berbagai macam acara lainnya. Namun ironisnya, bisnis jual kain tenun sambas mulai terancam. Hal ini disebabkan karena saat ini makin sedikit masyarakat yang mampu membuat kain tenun ini. Selain itu, harga bahan bakunya juga lumayan mahal.

Berusia Ratusan Tahun
Konon, kain Tenun Sambas sudah berusia 300 tahun. Kain ini sudah ada sejak Sultan Sulaiman memimpin Kesultanan Sambas, pada 1675. Sultan yang bergelar Sultan Muhammad Shafiuddin I itu memerintah  selama 10 tahun, hingga 1685.
Bahkan, bila dilihat motif utama kain Tenun Sambas yang selalu berupa tanaman, kain ini diperkirakan sudah ada sebelum berdirinya Kesultanan Sambas. Pada saat itu, Sambas masih diperintah oleh Kerajaan Hindu.
Sejak awal, kain Tenun Sambas merupakan benda wajib sebagai pelengkap upacara adat. Pada upacara pernikahan, kain tenun ini digunakan sebagai hantaran atau seserahan dari pihak mempelai laki-laki untuk pihak mempelai wanita. Kain ini juga dijadikan sebagai kain cual, yaitu hantaran balasan dari pihak mempelai wanita kepada pihak mempelai laki-laki (istilahnya adalah balas baki).
Begitu besarnya peran kain Tenun Sambas ini, sehingga dikatakan bahwa kain ini adalah  teman dalam mengarungi hidup bagi orang-orang Sambas.

Motif Pucuk Rebung
Ciri khas dari kain Tenun Sambas adalah motif pucuk rebung. Motif ini selalu muncul di setiap lembar Tenun Sambas yang diciptakan, sejak berabad-abad yang lalu.
Motif pucuk rebung yang disebut orang Sambas sebagai suji bilang, berbentuk segitiga yang lancip dan memanjang ke atas. Pemilihan motif ini, tidak sembarangan. Pucuk rebung memiliki makna filosofis yang luas.
Pucuk rebung adalah bagian dari bambu yang terus tumbuh. Motif ini sebagai pengingat agar orang Sambas terus berusaha untuk maju. Sebagaimana pucuk rebung yang selalu tumbuh lurus hingga menjulang tinggi, orang Sambas pun harus selalu berpikiran lurus. Satu makna lagi, orang Sambas tidak boleh bersikap sombong ketika berada di posisi puncak. Sikap ini sesuai dengan pohon bambu yang selalu merunduk ketika sudah tumbuh sangat tinggi.

Hampir Punah
Pada era 1970-1980-an, kain Tenun Sambas mengalami masa kekayaan. Kain ini banyak dicari dan dikenakan orang. Karena itu, di Sambas, banyak keluarga yang memilih menjadi perajin kain Tenun Sambas yang produktif.
Sayangnya, tahun 1990-an permintaan akan kain Tenun Sambas menurun tajam. Karena itu, penghasilan dari penjualan kain tenun ini tidak dapat diandalkan sebagai penopang hidup. Sehingga, perajin kain tenun ini pun beralih profesi. Ada yang yang memilih merantau ke luar kota, bahkan ada yang menjadi TKI ke Malaysia dan Brunei Darussalam.
Semakin langkanya perajin kain Tenun Sambas, akan membuat kain cantik ini menuju ambang kepunahan. Akankah kita membiarkan kain tenun berusia ratusan tahun ini hilang begitu saja?

No comments: